Senin, 04 April 2011 | By: Kupu-kupu ungu

Kawan... aku tetap ingin kau.

Kawan... masih ingatkah kau ketika usia kita belum genap 5 tahun.
dengan bangga kita berjalan gagah memanggul tas yang masih tercium wangi barunya.
dengan senyum terlebar yang kita miliki, tiap pagi kita berjalan menuju gedung Taman Kanak-kanak itu.

Banyak cerita yang telah kita ukir di folder kehidupan dengan file "persahabatan".
walau kadang ada masa pasang surut kedekatan dan berbagi kita, tapi aku akui kau sahabat terbaik yang aku punya.


Ingatkah kau, kita mencari buah saga merah usai  lonceng TK berbunyi?
atau ketika aku datang pagi-pagi kerumahmu, membawakan buah pokat yang baru jatuh dari pohon belakang rumah untuk sekedar kita cicip berdua.
menemukan seekor anak kucing yang dengan kepintaran anak usia 7 tahun, kita memandikannya seperti boneka, menyelimutinya dan menemukannya mati ketika kita pulang sekolah?
itu masa Sekolah dasar yang aku masih ingat karena kita bersama selama 6 tahun.

beranjak di menengah pertama. kita berbeda kelas. dan ku sadari, itu adalah saat kita tak menemukan kedekatan yang pernah kita bangun dulu.
walau bertemu di kelas yang sama pada tahun ke tiga menengah pertama, tetapi waktu dua tahun mampu membuat secuil lubang di antara kedekatan kita.
aku hanya menjadi bagian tak penting dalam kelompok kecilmu yang kau bentuk dengan beberapa teman lain yang kau temui di perjalanan hidup sekolah ini.

aku masih ada untukmu... aku mengetahui siapa cinta pertamamu. aku tahu semua curhatanmu dan kita berjalan dengan kau yang memiliki pribadi ganda. siang kau seolah tak kenal aku, dan malam kau dekat denganku.

sekolah menengah atas, aku berangkat mendaftar ke sekolah di kota mu. jujur, waktu kau pindah kesana, aku sedih, aku keholangan bagian diriku. seolah kehilangan saudara perempuanku. tetapi aku yakin, Tuhan tau yang terbaik.
dan kita bertemu lagi di awal tahun sekolah menengah atas. walau beda kelas.. kita tetap mampu sama. ditambah "additional player" yang kita bawa di sekolah menengah pertama.
masa itu adalah masa terbaik yang ku punya. dua sahabat yang kupikir akan terus bersamaku di hari tua.

ternyata , jalan hidup kita beda. kau memilih cepat membangun rumah tangga dan aku kuliah di kota lain.
yah...walau beda status, aku masih sahabatmu.
dan kau sahabat terbaikku.

keintiman kita pun mulai berjarak, walau tak terputus komunikasi, kita tetap ada dan saling menyapa.
tetapi kini kau berubah..
aku tak mengenalmu.
kau dulu memang terkenal santai dan tak merepotkan masalah orang lain.
aku suka kau yang dulu, yang lebih wise memahami masalah.
kau juga kadang menasehatiku apa yang terbaik harus dilakukan.

tapi kini, dua tahun terakhir kita tak saling menyapa, kau hadir dengan gaya bahasa yang berbeda.
kau tetap lugas... ceplos tetapi terkesan kasar.
aku ingin memahami semua cerita dan kata-katamu dengan dimensi yang berbeda, dengan gaya persahabatan kita yang lama.
ternyata...aku gak masuk dan tertolak dari gaya barumu.

kawan... kita pernah belajar bersama. agama, tata bahasa, kesopanan, etika dan mungkin yang berbeda aku belum memiliki keluarga.
tetapi aku paham, kata-kata adalah cara kita berkomunikasi.
cara kita saling memahami dan mengerti satu sama lain.
cara kita berbagi pengalaman dan cerita.
cara kita saling menasehati.
dan itu tak ku temui dari dirimu lagi, sobat.

kau kemana?
kenapa kau pergi dan meninggalkan sebongkah kesombongan, keangkuhan dan kekasaran di dirimu yang selama ini ku kenal?
kau kemana?
membiarkan dirimu sekarang lebih egois dan semaunya sendiri dalam berucap.
kau kemana, kawan...?
aku tak kenal sahabatku yang kasar, aku tak kenal sahabatku yang begitu akrab dengan tata bahasa yang tak sopan, aku tak kenal kau sekarang.

aku benci jika sekarang mengetahui, aku tak lagi mengenalmu.
aku ingin kembali ke masa SMU dan berjanji akan mengajakmu untuk tetap bersama.
aku ingin kita bercanda dengan tata bahasa yang dewasa.
kita tertawa dengan etika.
kita berbagi dan menasehati dalam taraf keluarga yang indah.
bukan kata kasar yang kau anggap biasa.
atau lecehan dan komentar yang tak semestinya.


aku ingin kau yang dulu... sahabat terbaikku.
dan ketahuilah, Bahwa Etika lebih tinggi tingkatnya dibandingkan ilmu.
walau kita memiliki ilmu setingkat dewa, tetapi tak beretika, sama saja kita mencari kebencian untuk diri kita sendiri.




love my friend: DRI & KP. 
(medan, 4 april 2011, :" ketika aku tak menngenalmu lagi")

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.